Jumat, 01 Oktober 2021

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Guru adalah seorang pemimpin pembelajaran  yang memiliki tugas merencanakan pembelajaran, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran. Di dalam pembelajaran guru bertemu dengan beragam murid dengan berbagai karakter, minat, bakat, serta kesiapan belajar yang berbeda. Seorang guru tentuya harus mampu mampu mengambil keputusan yang tepat tentang pembelajaran berdiferensiasi serta terintegrasi pembelajaran sosial-emosional. Sehingga seluruh murid terpenuhi kebutuhan belajarnya serta meningkat segala potensinya serta cerdas sosial-emosionalnya. Hal ini sesuai denga peran guru sebagai petani kehidupan dimana guru harus mampu menciptakan kondisi optimum untuk tumbuh kembangnya kodrat dari sang anak.

Selain itu, guru juga sering mengemban berbagai tugas tambahan. Dengan kompleksnya tugas seorang guru tentunya makin sering dihadapkan dengan berbagai masalah. Dilema etika dan bujukan moral tentunya sering mendera seorang guru baik itu di dalam kelas ataupun di luar kelas.  Tidak berhenti sampai disana, murid pun dapat berhadapan dengan dilema etika dan bujukan moral dan sering kali memerlukan bantuan dari sang guru untuk mengatasinya. Apa sebenarnya dilema etika dan bujukan moral tersebut dan bagaimana sebaiknya cara mengatasinya?

Dilema etika adalah situasi ketika seseorang harus memilihi antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan . Sedangkan bujukan moral adalah situasi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Dari definisi tersebut jelas kedua situasi itu membuat seorang guru harus berupaya keras untuk dapat keluar dari situasi tersebut. Guru harus mampu mengambil keputusan yang bijak serta harus berpihak pada murid. Sebagai contoh saat guru mengawas ujian sekolah dan melihat salah satu siswa mencontek maka pada saat itu guru meghadapi dilema etika. Kasus lain ketika guru melihat seorang anak  dari rekan kerjanya sedang merundung temannya dan anak itu meminta agar guru menutupi kejadian tersebut dengan menggunakan kedekatan orang tuanya sebagai tameng, maka disana guru sedang dihadapkan pada bujukan moral. Keputusan apa yang diambil oleh guru dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut tentuya kembali kepada nilai-nilai kebenaran  yang dianut seorang guru. Nilai-nilai kebaikan dari tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara pun dapat dijadikan acuan oleh guru.

Pratap triloka yang merupakan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi sangat penting dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran.Terdapat tiga unsur penting dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani.

Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan suri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.

Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan. Karena itu dengan ing madya mangun karsa guru dapat melakukan coaching terhadap para muridnya dalam mengambil keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para murid. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya.

Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan berkembang. Tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan sesuai bidang keahliannya, guru juga harus mampu mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving) dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang hendak dicapai. Karena itu agar pengambilan keputusan efektif maka seorang guru selain berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang tertanam pada diri, perlu menerapkan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan sebagai berikut :

1.       Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2.       Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3.       Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4.       Pengujian benar atau salah

a.   Uji Legal

b.   Uji Regulasi/Standar Profesional

c.   Uji Intuisi

d.   Uji Halaman Depan Koran

e.   Uji Panutan/Idola

5.       Pengujian Paradigma Benar lawan Benar

a.   Individu lawan masyarakat (individual vs community)

b.   Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

c.   Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

d.   Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

6.       Melakukan Prinsip Resolusi

a.   Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

b.   Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

c.   Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

        7. Investigasi Opsi Trilema

        8. Buat Keputusan

        9. Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Sembilan langkah di atas memberikan kesempatan bagi guru untuk menganalisis secara matang permasalahan yag dihadapi sehingga mengasilkan keputusan yang akan menciptakan situasi positif, kondusif, aman, dan nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Dalam UU No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa ...