Jumat, 27 Agustus 2021

COACHING DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Coach adalah seseorang yang memiliki peran mengarahkan orang lain (coachee) untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya. Seorang guru yang bertindak sebagai coach bertugas menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. 

Dalam dunia pendidikan, coaching adalah suatu proses “menuntun” belajar murid untuk mencapai kodratnya. Sebagai seorang “pamong”, guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Coaching dapat membantu aktivasi kerja otak murid, pertanyaan-pertanyaan reflektif membantu anak melakukan metakognisi, serta membuat murid berpikir lebih mendalam sehingga murid menunjukkan potensinya.




Jika dikaitkan dengan pembelajaran berdiferensiasi, coaching dapat dijadikan teknik untuk menggali kebutuhan belajar murid yang merupakan dasar dalam pembelajaran berdiferensiasi. Seorang guru (coach) dapat menggali lebih dalam bagaimana kesiapan belajar murid, apa minat yang dimiliki oleh murid, apa saja kegemaran murid, bagaimana gaya belajar, apa saja kesulitan/ kendala yang dialami murid dan banyak hal terkait kebutuhan belajar murid. Dari sana guru akhirmya dapat merancang diferensiasi dalam pembelajaran untuk mengakomodasi kebutuhan belajar muridnya. 
Hal ini coba saya gambarkan dengan gambar 1 berikut ini. 

Gambar 1. Hubungan antara coaching dengan pembelajaran berdiferensiasi

Sementara itu jika dikaitkan dengan pembelajaran sosial-emosional, coaching teknik TIRTA dapat digunakan sebagai teknik pembelajaran sosial-emosional. Alur Tujuan dan Identifikasi dalam TIRTA membantu murid untuk mencapai kesadaran diri dan pengelolaan diri karena pada alur ini murid mulai menyadari apa yang sedang dirasakan, apa yang sebenarnya menjadi pokok permasalahan yang dihadapi serta hal apa yang telah dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki. Selanjutnya pada alur Rencana Aksi membantu murid meningkatakan daya lenting (resiliensinya) dimana murid berusaha menemukan pemecahan masalahnya sendiri dan mulai mengatur rencana yang akan dilakukan selanjutnya. Murid juga akan merasa tertantang sekaligus bangga saat ia berhasil menyusun rencana pemecahan masalahnya. Untuk alur TIRTA yang terakhir yaitu Tanggung Jawab berhubungan dengan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab pada PSE serta berhubungan dengan kesadaran sosial. Pada tahap ini murid akan membuat suatu komitmen tentang langkah pertama yang akan dilakukan serta kapan ia akan memulai, selain itu ia juga akan mengingat orang di sekitar yang baginya dapat membantunya menjalankan komitmen tersebut. Hubungan antara coaching dengan pembelajaran sosial-emosional saya coba gambarkan dalam gambar 2 berikut ini. 

Gambar 2. Hubungan antara coaching dengan pembelajaran sosial-emosional

Setelah mempelajari materi tentang coaching dan mulai menerapkannya langsung, saya menyadari bahwa:

  1. Coaching dapat membantu guru menggali kebutuhan belajar dan potensi yang dimiliki murid sehingga dapat memaksimalkan peran guru sebagai penuntun mencapai kebahagian dan keselamatan.
  2. Melalui coaching seorang guru pun dapat lebih memahami dunianya anak di berbagai tingkatannya, menyelami permasalahan yang dialami oleh anak, dan menemukan titik potensi yang harus dilejitkan sehingga akhirnya anak menemukan pemecahan masalahnya.
  3. Coaching juga merupakan kesempatan untuk menggali apa yang dibutuhkan murid sehingga pembelajaran di sekolah benar-benar berpihak pada murid.

1 komentar:

  1. Keren bu Rani, ternyata coaching adalah bagian yang perlu dilakukan pada pembelajaran berdiferensiasi (utamanya dalam menggali informasi untuk memetakan kebutuhan belajar siswa baik itu tentang minat, kesiapan, maupun profil belajar siswa), demikian juga dalam PSE.

    BalasHapus

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Dalam UU No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa ...