Senin, 19 Juli 2021

"PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI" ENZIM BAGI PERTUMBUHAN SISWA

Dalam biokimia dijelaskan bahwa enzim adalah biokatalisator yang dapat mempercepat terjadinya reaksi. Enzim bersifat selektif yang artinya hanya dapat mempercepat reaksi tertentu dan hanya dapat bekerja untuk substrat tertentu. 

Dalam pembelajaran, diferensiasi dapat dikatakan sebagai enzim dalam pertumbuhan siswa karena dapat mempercepat tumbuhnya potensi yang dimiliki siswa. Selain itu pembelajaran berdiferensiasi bekerja selektif dimana jika setiap siswa mendapatkan enzim (diferensiasi) yang sesuai maka reaksi menuju tumbuhnya potensi melintasi meknisme reaksi yang tepat sehingga lebih cepat terbentuknya produk (tumbuhnya potensi siswa).  

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: 

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang berpihak pada anak, pembelaran untuk semua siswa di kelas kita. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pertama-tama guru memetakan kebutuhan seluruh siswa baik itu dari segi kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. 
  1. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru.  Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Tujuannya adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya 
  2. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Pentingnya mempertimbangkan minat dalam pembelajaran adalah untuk membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka, menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran, dan menggunakan keterampilan atau ide yang familiar  sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka. 
  3. Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Berikut ini faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. 

    • Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
    • Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
    • Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
    • Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
    • Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Selanjutnya guru menentukan strategi diferensiasi yang perlu dilakukan dalam pembelaran, apakah itu diferensiasi konten, diferensiasi proses atau diferensiasi produk, semua itu tergantung apa kebutuhan siswa dan kebutuhan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
  1. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum.
  2. Diferensiasi prose merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi.
  3. Diferensiai produk merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Layaknya struktur enzim yang fleksibel, maka guru pun harus fleksibel dalam penerapan diferensiasi di dalam kelas karena diferensiasi adalah suatu keputusan "masuk akal" bukan impian menggebu-gebu dan super sempurna. Pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi sempurna seiring konsistensi seorang guru dalam penerapannya. Saat dilakukan terus-menerus, niscaya guru akan sampai pada tahap autopilot. Makin baik lagi ketika guru mengajak rekannya untuk ikut menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sampai akhirnya tercipta gelombang pergerakan menuju tumbunya potensi siswa yang maksimal dan tercapainya visi sekolah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Dalam UU No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa ...