Minggu, 30 Mei 2021

AKSI NYATA


BELAJAR KIMIA BERMAKNA

LATAR BELAKANG 

Selama kurang lebih 6 tahun menjadi guru di SMA berbagai karakter dan kemampuan siswa saya temui di kelas. Untuk pelajaran saya yang sering dicap susah, menakutkan dan menyeramkan, banyak sekali reaksi-reaksi yang saya temukan saat mengajar. Di dalam kelas, ada siswa yang antusias, ada yang senang ketika saya mengajar, ada yang mengantuk, bahkan ada juga yang terlihat tidak senang. Jujur saya sudah berusaha mengakomodasi mereka semua. Agar siswa bisa saling melengkapi dan berkolaborasi, saya terapkan pembelajaran berkelompok.  Meskipun belum konsisten, saya juga memberikan kebebasan pada siswa saya terkait cara pembuatan tugas. Misalkan boleh membuat laporan tertulis, boleh juga membuat video untuk melaporkan kegiatannya. Saya tidak memaksakan agar semua siswa saya mahir kimia, saya tidak menuntut agar semua dapat nilai bagus. Tapi kadangkala ada momen dimana saya kehialngan kesabaran dan memaksa siswa saya untuk bisa kimia. Kedua hal tersebut sudah saya raskan dan sadri sejak dulu dan saat ini pun saya masih dalam proses penyempurnaan. Lewat diklat yang saya ikuti dan bertukar pikiran denganguru yang lain, saya belajar menyempurnakaan hal-jal tersebut. 

Namun ada hal yang baru saya sadari setelah mempelajari modul 1.1 dan mengikuti pembelajaran calon guru penggerak. Hal tersebut membuat saya tertegun dan menarik nafas panjang. Selama ini yang saya anggap benar adalah yang penting siswa ikut proses pembelajarannya, yang penting sudah mengerjakan tugas, sudah menjawab soal, sudah hadir dalam google meet itu cukup. Siswa tidak perlu mahir di bidang kimia, yang penting ikut proses dan mereka tidak terbebani. Tapi apakah mereka mendapat manfaat dari proses tersebut? Apakah bermakna bagi mereka proses tersebut? Sungguh saya cuek dengan hal tersebut dan dipikiran saya yang penting siswa sudah melewati materi itu.  Tapi apakah itu benar? Tidak adakah siswa yang ingin merasakan manfaat dari materi kimia yang dipelajari? Adakah manfaat yang dirasakan dari proses pembelajaran kimia? Apakah pembelajaran saya sudah bermakna. 

Bergerak dari kesadaran saya itu, aksi nyata pertama yang saya lakukan adalah menelusuri perasaan siswa saya untuk mengetahui adakah manfaat yang mereka dapatkan dari pembelajaran saya. 


Tahap perencanaan : menyusun RPP pembelajaran kimia di kelas XI

Aksi nyata I:

  • Pada tahap pendahuluan guru mengadakan asesmen nonkognitif awal pada siswa dengan meminta siswa menjelaskan perasaanya dengan sebuah gambar.

  • Sambil melihat gambar yang dibuat siswa, guru memberikan komentar, menyemangati, memotivasi siswa dan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran. 

  • Pada akhir pembelajaran guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan meminta siswa menuliskan 3 hal yang siswa dapat/ siswa ketahui setelah mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Guru akan menggunakan aplikasi padlet. 

  • Sambil siswa mengisi refleksi, guru membacakan tulisan yang sudah masuk sambil mengomentari dan mengapresiasi pencapain siswa pada hari itu. 

Aksi nyata II:

  • Pada tahap pendahuluan guru mengadakan asesmen nonkognitif dan kognitif awal pada siswa dengan meminta siswa memberikan pujian pada dirinya sendiri serta menjawab beberapa pertanyaan kognitif awal. 

  • Guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan meminta siswa menuliskan 3 hal yang siswa dapat/ siswa ketahui setelah mengikuti pembelajaran pada hari tersebut. Guru akan menggunakan aplikasi padlet.

Dalam aksi nyata I dan II ini saya merencanakan menerapkan nilai berpihak pada murid yang mencerminkan filosofi KHD menghamba pada anak. 

Tahap Penerapan : pembelajaran kimia di kelas XI MIPA 7

Aksi nyata I 28 April 2021:

Beberapa contoh gambar yang dikirimkan siswa untuk menunjukkan perasaannya sebelum memulai pembelajaran. 



Sambil melihat gambar yang dikirim siswa, saya menanyakan kenapa perasaan siswa seperti pada gambar. Saya pun melontarkan semangat kepada siswa saya terutama yang perasaannya kurang bahagia. 

Selanjutnya pembelajaran berlangsung sesuai rencana dan pada hari itu saya menggunakan google meet dan materi yang kami bahas adalah titrasi asam basa.

Pada kegiatan penutup sesuai dengan rencana, saya mengajak siswa melakukan refleksi pembelajaran. Saya meminta siswa menuliskan 3 hal yang siswa peroleh dari pembelajaran pada hari itu.





Dengan refleksi ini saya ingin memastikan bahwa ada hal yang siswa peroleh atau ketahui dari kegiatan pembelajaran dengan google meet. Selain itu pada bagian refleksi siswa juga menyampaikan apa hal yang belum dikuasai setelah belajar pada sesi tersebut. Hal yang paling membahagiakan adalah ada siswa yang menyatakan bahwa pembelajaran hari itu menyenangkan.


Aksi Nyata II 5 Mei 2021:

Siswa mengisi google form yang merupakan asesmen nonkognitif dan kognitif awal untuk siswa. Sebagai asesmen nonkognitif, siswa mengisi kalimat pujian untuk dirinya sendiri. Dari tulisan yang dibuat oleh siswa muncul kalimat-kalimat yang menyentuh dan pujian untuk semua pencapaian yang telah berhasil dicapai oleh tiap siswa. Saya berusaha memotivasi dan meningkatkan rasa percaya diri, rasa kebanggaan pada diri siswa sehingga akan lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.




Selanjutnya di akhir pembelajaran guru tetap meminta siswa untuk melakukan refleksipembelajaran untuk mengetahu apa saja yang siswa ketahui/peroleh dari proses pembelajaran yang dilakukan lewat LMS. 



Saya pun memantau progres pembelajaran siswa di LMS, ternyata ada sedikit permasalahan yaitu sepertinya siswa terlalu fokus saat mengisi asesmen kognitif awal. Padahal di forum chat sudah saya jelaskan bahwa asesmen kognitif awal agar diisi sesuai dengan apa yang diketahui/diingat oleh siswa karena tujuannya untuk mengecak kemampuan awal siswa. Namun siswa justru ingin menampilkan yang terbaik sampai akhirnya mereka menghabiskan 1 jam pelajaran untuk mengisi asesmen tersebut. Pada jam kedua akhirnya siswa baru mengeksplorasi materi di LMS. Hal ini juga dapat saya lihat pada refleksi di akhir pembelajaran dimana sebagian siswa baru mempelajari beberapa bagian dari materi yang disajikan pada LMS.

Tahap Refleksi
Aksi nyata di kelas XI MIPA 7 hanya bisa saya lakukan 2 kali karena terbentur dengan waktu yang sudah memasuki akhir semester 2 selain itu ada libur hari raya. Kegiatan asesmen nonkognitif dan kognitif awal akan terus saya lakukan di pembelajaran yang selanjutnya. Hanya saja harus saya jelaskan lebih detail tujuan dari asesmen kognitif awal sehingga siswa benar-benar mengisinya sesuai apa yang mereka ketahui/ingat. Sehingga tujuan untuk mengetahui modal awal siswa terkait suatu materi benar-benar valid. Selain itu ketika siswa terlalu terpaku dengan asesmen kognitif awal akan mengurangi waktu siswa untuk masuk ke materi inti yang seharusnya dipelajari. Tapi jika terjadi pembelajaran tatap muka atau daring dengan video conference hal tersebut dapat diatasi dengan kontrol waktu yang saya terapkan.

Menurut saya ada asesmen nonkognitif awal menanyakan perasaan siswa, sapaan hangat di awal pembelajaran, dan memberi motivasi telah memberikan vibrasi belajar yang positif bagi siswa. Menciptakan atmosfer belajar yang nyaman bagi siswa adalah salah satu wujud menghamba pada anak/ berpihak pada murid.

Refleksi di akhir pembelajaran memberi kesempatan bagi siswa mengungkapkan apa yang sudah dipelajari, diketahui, dikuasai dan yang belum dikuasai. Jika dimanfaatkan dengan baik hasil refleksi ini akan bermanfaat untuk mengatur pembelajaran selanjutnya, mengatur kecepatan dalam pembelajaran dan dapat membuat kita memberi fokus yang lebih pada siswa yang susah menerima materi kimia. Sayangnya pada aksi nyata kali ini belum bisa saya lakukan dengan maksimal. Tapi akan saya jadikan pengalaman untuk tahun pelajaran berikutnya dan akan mulai saya laksanakan dari pertemuan pertama pada tahun pelajaran berikutnya.

Demikianlah aksi nyata yang saya lakukan terkait nilai berpihak pada murid yang mencerminkan filosofi KHD menghamba pada anak.

Jumat, 28 Mei 2021

NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

"Guru Masa Depan (Future Teacher)" adalah gambaran yang saya buat tentang impian saya sebagai guru. Dalam ilustrasi tersebut saya menggambarkan sosok seorang guru dengan senyum yang mengembang, yang menunjukkan kecintaannya terhadap profesi dan siswa-siswanya. Di depan guru berdiri siswa-siswa dengan senyum dan perasaan merdeka dan bahagia. Di sisi kiri guru dan siswa terdapat gelembung nilai guru penggerak dan tujuan yang diharapkan oleh guru dan siswa yaitu Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila. 
Bagaimana cara mencapai tujuan tersebut? 
Menginternalisasi nilai guru penggerak itulah jawabannya. 

Selain tujuan Merdeka Belajar dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, penguasaan seorang guru terhadapa nilai dan peran guru penggerak juga akan mengantarkan seorang guru mencapai jenjang kompetensi guru tingkat "mahir". Kompetensi guru yang dimaksud adalah: 
1. Kategori pengetahuan profesional: 
  • menganalisis struktur dan alur pengetahuan untuk pembelajaran; 
  • menjabarkan tahap penguasaan kompetensi murid; dan 
  • menetapkan tujuan belajar sesuai dengan karakteristik murid, kurikulum, dan profil pelajar Pancasila
2. Kategori praktik pembelajaran profesional: 
  • mengembangkan lingkungan kelas yang memfasilitasi murid belajar secara aman dan nyaman; 
  • menyusun desain,melaksanakan, dan merefleksikan pembelajaran yang efektif; 
  • melakukan asesmen, memberi umpan balik, dan menyampaikan laporan belajar; dan 
  • mengikutsertakan orang tua/wali murid dan masyarakat dalam pembelajaran. 
3. Kategori pengembangan profesi: 
  • menunjukkan kebiasaan refleksi untuk pengembangan diri secara mandiri; 
  • menunjukkan kematangan spiritual, moral, dan emosi, untuk berperilaku sesuai kode etik guru; 
  • menunjukkan praktik dan kebiasaan bekerja yang berorientasi pada anak; 
  • melakukan pengembangan potensi secara gotong royong untuk menumbuhkan perilaku kerja; dan 
  • berpartisipasi aktif dalam jejaring dan organisasi profesi untuk mengembangkan karier. 

Lalu apa saja yang termasuk ke dalam nilai dan peran guru penggerak? 

Nilai menurut Rokeach, merupakan keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan standar pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat spesifik. Kehadiran nilai dalam diri seseorang dapat berfungsi sebagai standar bagi seseorang dalam mengambil posisi khusus dalam suatu masalah, sebagai bahan evaluasi dalam membuat keputusan, bahkan hingga berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku individu dalam kehidupan sehari-hari. Melihat peranan nilai sangat penting dalam kehidupan tingkah laku sehari-hari, maka rasanya penting bagi seorang Guru Penggerak untuk bisa memahami dan menjiwai nilai-nilai dari seorang Guru Penggerak. Sebagai seorang Calon Guru Penggerak kita diharapkan dapat menginternalisasi nilai guru penggerak diantaranya: 
  1. Mandiri, yaitu mampu mendorong diri untuk melakukan aksi. 
  2. Reflektif, yaitu mampu senantiasa merefleksi dan memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya. 
  3. Kolaboratif, yaitu mampu membangun hubungan kerja yang positif terhadap seluruh pihak. 
  4. Inovatif, yitu mampu memunculkan gagsan-gagasan baru dan tepat guna terkait situasi tertentu atau masalah tertentu. 
  5. Berpihak pada murid, yaitu mengutamakan kepentingan murid, memahami kodrat anak dan menggali kebutuhan anak. 
Selain nilai guru penggerak, seorang guru juga harus memahami perannya sebagai guru dalam dunia pendidikan. Yang dimaksud dengan peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang dalam masyarakat.Adapun peran guru penggerak adalah: 
  1. Menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being ekosistem pendidikan di sekolah. 
  2. Menggerakkan komunitas praktisi untuk rekan guru di sekolah dan di wilayahnya. 
  3. Menjadi coach bagi guru lain terkait pengembangan pembelajaran di sekolah. 
  4. Mendorong kolaborasi antar guru. Membuka ruang diskusi positif dan kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan di luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. 
  5. Mendorong peningkatan kemandirian dan kepemimpinan murid di sekolah. 
Ketika kita berbicara tentang nilai dan peran guru penggerak maka kita akan dihubungkan ke Filosofi Ki Hadjar Dewantara. Keterkaitan antara nilai dan peran guru penggerak dengan filosofo KHD adalah nilai dan peran guru penggerak merupakan aksi nyata guru dalam menerapkan filosofi pendidikan KHD. Dalam nilai dan peran guru penggerak tercermin filosofi KHD seperti menuntun, among, menghamba pada anak, permainan anak, dan guru adalah petani kehidupan. Misalkan kita ambil beberapa contoh nilai berpihak pada murid yang sangat mencerminkan filosofi menghamba pada anak. Inovasi pembelajaran yang gembira dan dinamis merupakan cermikan dari permainan anak. Peran seorang guru menjadi pemimpin pembelajaran yang mendorong well-being adalah cerminan dari filosofi menuntun, among, dan petani kehidupan. 
Untuk menguatkan nilai dan peran dalam diri saya maka saya harus memiliki suatu strategi dimana strategi tersebut saya singkat dengan PCO2: 
  1. Positive thinking ( berpikir positif) = selalu mengambil nilai postif dari setiap proses ataupun masalah. 
  2. Competent (kompeten) = selelu konsisten mengisi diri sehingga akhirnya makin kompeten dan makin dipercaya oleh rekan kerja sehingga dapat meningkatkan peran saya di lingkungan sekolah ataupun komunitas. 
  3. Open minded (berpikiran terbuka) = siap menerima segala masukan dan kritikan untuk menyempurnakan nilai dan peran saya sebagai guru. 
  4. Optimistic (optimis) = selalu optimis bahwa saya bisa berubah makin baik lagi, optimis bahwa saya bisa mengerjakan banyak hal baru, dan optimis bahwa sekecil apa pun perubahan yang saya lakukan akan memberikan efek bagi peningkatan pendidikan. 
Terlepas dari strategi yang saya miliki, peran pihak di sekitar saya pastinya sangat berpengaruh terhadadap penguasaan saya terkait nilai dan peran guru penggerak. Siswa dan rekan guru adalah rekan dalam berkolaborasi mencapai nilai dan peran guru penggerak. Dari siswa kita dilatih untuk selalu merefleksi diri, meningkatkan hal-hal yang sudah saya kuasai dan menyempurnakan yang belum dikuasai. Dari rekan sejawat saya dapat meniru jejak kesuksesan rekan guru dan teman untuk berdiskusi dan mencari pemecahan suatu masalah yang ditemui.Kepala sekolah sebagai pendukung dalam setiap kegiatan terutama dalam pengembangan diri. Keluarga juga memegang peranan penting sebagai pendukung dan pemberi restu dalam setiap kegiatan yang saya lakukan.

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Dalam UU No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa ...