Selasa, 29 Juni 2021

PENTINGNYA BUDAYA POSITIF SEKOLAH

  

Budaya positif adalah kebiasaan-kebiasaan positif yang berlangsung di sekolah secara konsisten dan berkesinbambungan. Budaya positif sangat penting bagi sekolah karena dapat menciptakan budaya ajar yang baik. Saling menghormati antar warga sekolah, suasana kelas yang nyaman, siswa yang aktif, dan dipenuhi dengan aura positif.  Lebih jauh lagi tumbuhnya budaya positif akan dapat mengantarkan sekolah menuju Visi Sekolah. 

Budaya positif adalah kebiasaan positif sehari-hari yang terus berlangsung setiap hari secara konsisten. Nilai sehari-hari seperti sopan santun, saling menghormati dan nilai lain yang diterapkan dalam belajar mengajar ataupun dalam pergaulan di sekolah itulah sesungguhnya yang termasuk ke dalam budaya positif sekolah. 

Dalam mencapai budaya ajar atau mencapai visi sekolah tentunya budaya positif tidak dapat berdiri sendiri. Budaya positif memiliki keterkaitan dengan filosofi pendidikan KHD, nilai guru penggerak dan visi guru penggerak. Guru adalah salah satu tokoh kunci dalam penumbuhan budaya positif sekolah. Pertama-tama seorang guru harus memahami filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Guru menuntun tumbuhnya kodrat anak dengan memberi keteladanan tentang kebiasaan positif. Guru menjaga tumbuhnya anak-anak dalam lingkungan yang positif layaknya seorang petani yang menjaga tumbuhnya tanaman. Guru menghamba pada anak sekaligus mencerminkan nilai berpihak pada anak dengan mengajak anak-anak membuat kesepakatan tentang kebiasaan positif yang dilakukan di kelas atau di sekolah.

Seorang guru yang menginternalisasi nilai guru penggerak dan memiliki visi guru penggerak tentunya akan tergerak untuk membangun budaya positif sekolah. Mulai dari dirinya sendiri terlebih dahulu, selanjutnya bergerak ke dalam kelas yang diajarnya, menularkan kepada rekan sejawatnya kemudian bersama-sama membangun budaya postif sekolah. Pendekatan apresiatif BAGJA dapat digunakan dalam menumbuhkan budaya positif bersama siswa, sekaligus untuk mewujudkan visi sekolah. 

Penumbuhan budaya positif di dalam kelas dapat dilakukan dengan pembuatan kesepakatan kelas oleh guru bersama muridnya. Di awal ditentukan pula konsekuensi yang akan diterima jika melanggar kesepakatan kelas tersebut. Lama-kelamaan dengan kosistensi penerapan kesepakatan kelas maka akan tumbuh kesadaran dalam diri siswa dan tumbuhlah budaya positif di kelas. Praktek baik tersebut seyogyanya tidak dilakukan sendiri oleh guru penggerak tapi ditularkan pula kepada rekan guru yang lainnya sehingga semua guru di tiap kelasnya membuat kesepakatan kelas. Ketika seluruh guru dan siswa sudah menumbuhkan budaya positif di lingkungan kelas maka saat itu dapat dikatakan sudah tumbuh budaya positif di sekolah.
    

Rani Pujiastuti
CGP Angkatan 2 Kab. Tabanan
    

Jumat, 25 Juni 2021

Memulai Langkah Bersama dengan Kata "Sepakat"

Sepakat diartikan sebagai setuju; semufakat; sependapat (KBBI). Dalam memulai kelas pun kita harus mulai dengan suatu kesepakatan. 

Kenapa ? 

Karena kesepakatan adalah hal yang disusun oleh dua belah pihak yang akan bekerja bersama-sama  yang akan berjalan di rel yang sama.  Selanjutnya dijalankan bersama-sama oleh kedua belah pihak dan siap menerima konsekuensinya ketika ada yang melanggar kesepakatan tersebut. 

Kesepakatan kelas adalah cara yang dapat digunakan oleh guru bersama siswanya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapakan. Pastinya setiap guru dan siswa mendambakan suasana belajar yang nyaman, bahagia, dan saling menghormati. Guru dan siswa disiplin serta bertanggung jawab dalam setiap tindakannya. Dengan menyusun suatu kesepakatan diharapkan setiap orang akan memiliki motivasi dari dalam dirinya untuk mencapai tujuan tanpa adanya rasa paksaan. 

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam menyusun kesepakatan kelas adalah memulai dengan mengkomunikasikan kepada siswa bahwa kita akan mengajak siswa membuat kesepakatan kelas melalui ruang tatap maya (masa pandemi). Setelah siswa memberikan respon dan siap untuk melakukan tatap maya maka kita siapkan ruang virtualnya dan membagikan tautannya pada siswa. Di ruang tatap maya kita informasikan apa yang dimaksud dengan kesepakatan kelas dan apa tujuannya. Setelah itu kita bisa berikan contoh kesepakatan, misalnya "kami siap mengikuti pembelajaran tepat waktu". Selanjutnya siswa akan mengutarakan idenya bisa secara langsung atau melalui kolom chat. Guru bersama siswa mengulas ide yang disampaikan oleh siswa kemudian dijadikan suatu kesepakatan kelas. 

Saat mengajak siswa membuat kesepakatan, guru harus mampu menyampaikan tujuan dari dibuatnya kesepakatan kelas. Apalagi dalam suasana tatap maya dan sudah masuk waktu libur kenaikan kelas. Guru meminta bantuan siswa dengan bahasa yang baik dan sopan serta jelas. Saat membahas ide kesepakatan yang diutarakan oleh siswa, guru berusaha mengarahkan dan mengartikan maksud pernyataan siswa sampai menjadi kesepakatan kelas. Siswa menyambut baik pembuatan kesepakatan kelas ini dan menyatakan siap melaksanakan seandainya bertemu dalam pembelajaran nantinya. 

Untuk memulai sesuatu yang baru dan pada masa libur kenaikan kelas seperti ini, diperlukan kerja yang cukup keras. Guru harus bisa berkomunikasi yang baik agar siswa mau diajak membuat kesepakatan di masa liburan. Belum lagi kelas yang akan diajar belum pasti karena jadwal mengajar belum rampung.  Tapi saat kita bersungguh-sungguh pasti ada siswa yang bersedia diajak berkolaborasi membuat kesepakatan kelas yang bisa diterapkan seandainya benar-benar bertemu dalam pembelajaran.

Berikut ini adalah dokumentasi dari kegiatan penyusunan kesepakatan kelas bersama siswa kelas XII MIPA 7 yang saya lakukan lewat tatap maya google meet. 

Gambar 1. Tangkapan layar saat tatap maya



Dalam tangkapan layar tersebut terlihat siswa yang berhasil diajak untuk membuat kesepakatan kelas. Memang tidak semua siswa bisa ikut dikarenakan ada yang sakit dan sebagian besar berada di luar rumah karena sedang liburan sehingga tidak bisa mengikuti tatap maya. Pada gambar 2 dapat dilihat  hal-hal yang dituiskan siswa seperti misalnya " saya akan belajar dengan lebih baik dan lebih aktif" ada  pula yang menuliskan "saya akan belajar dengan rajin dan semangat". Selain lewat kolom chat, siswa juga menyampaikan pendapatnya secara langsung saat tatap maya seperti misalnya "saya akan mengumpulkan tugas tepat waktu tapi dengan harapan waktu pengerjaan tugas ditambah".

Gambar 2. Tangkapan layar kolom chat saat tatap maya 

Selanjutnya lewat diskusi bersama dihasilkanlah "Kesepakatan Kelas Kimia Bersama Bu Rani"


 

Selasa, 15 Juni 2021

PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL SISWA (HOME BASED CHEMISTRY PRATICUM)


Praktikum adalah kegiatan belajar dalam bentuk pengamatan, percobaan atau pengujian suatu konsep atau prinsip materi yang dilakukan di dalam atau di luar laboratorium. Praktikum merupakan suatu kegiatan yang penting untuk dilakukan, terlebih lagi dalam proses pembelajaran yang membutuhkan pembuktian seperti mata pelajaran kimia. Melalui praktikum, siswa juga dapat mengasah kemandirian, berpikir kritis, dan kolaboratif. Berdasarkan pengalaman, praktikum juga sering menjadi stimulus bagi siswa dengan kemampuan rata-rata untuk mengembangkan kompetensinya. Sering saya jumpai siswa dengan kemampuan rata-rata (dilihat dari nilai ulangan harian) dalam teori kimia justru menunjukkan perfoma yang baik dalam merangkai alat praktikum, dalam melakukan proses praktikum ataupun saat melaporkan praktikumnya (misal lewat video). Seringkali siswa yang luput dari perhatian kita saat pembelajaran teori di dalam kelas akan menunjukkan auranya saat melakukan praktikum. 

Praktikum kimia tidak boleh hanya terpaku pada alat dan bahan yang ada di laboratorium kimia sekolah. Lingkungan di sekitar kita juga dapat dijadikan sebagai laboratorium. Apalagi untuk masa PJJ di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, disaat siswa tidak bisa hadir ke sekolah maka lingkungan di sekitar tempat tinggalnya dapat dijadikan laboratorium. Alat dan bahan praktikum dapat ditemukan di rumah, di lingkungan sekitar rumah, di warung atau toko dekat rumah siswa. Kondisi PJJ tidak akan menjadi halangan bagi siswa untuk terus belajar dan berkreativitas.

Banyak topik kimia yang dapat dipraktikkan melalui kegiatan praktikum berbasis lingkungan tempat tinggal siswa (home based practicum).

  1. Membuat model bentuk molekul. Bahan yang digunakan adalah plastisin warna-warni dan tusuk gigi atau tusuk sate. 
  2. Menguji larutan elektrolit dan nonelektrolit. Bahan yang diperlukan adalah larutan gula, larutan garam, air keran, air sumur, air sungai, minuman bersoda, dan larutan lain yang dijumpai di lingkungan rumah. Alat yang diperlukan adalah gelas plastik atau gelas kaca, kabel, batre dan bola lampu kecil. 
  3. Menentukan reaksi eksoterm dan endoterm. Bahan yang diperlukan adalah air, karbid, soda kue dan cuka. Alat yang diperlukan adalah gelas dan pengaduk. 
  4. Menentukan pengaruh faktor-faktor penentu laju reaksi. Bahan yang diperlukan adalah air dan tablet CDR, cangkang telur dan cuka, air (dingin, normal, hangat) dan tablet CDR dan balon. Alat yang diperlukan adalah gelas dan pengaduk. 
  5. Memperkirakan pH dari larutan dalam kehidupan sehari-hari. Bahan yang diperlukan adalah berbagai larutan yang ditemui di rumah dan ekstrak kol ungu. Alat yang diperlukan adalah gelas. 
  6. pH buffer . Bahan yang diperlukan adalah minuman bersoda yang tak berwarna, cuka, air, larutan kapur sirih dan ekstrak kol ungu. Alat yang diperlukan adalah gelas dan sendok.
  7. Kelarutan. Bahan yang diperlukan adalah garam dan air. Alat yang diperlukan adalah gelas dan sendok. 
  8. Membuat koloid dan menunjukkan sifat-sifatnya. Bahan yang diperlukan adalah air, serbuka agar-agar, susu, santan atau bahan koloid yang lain, cuka. Alat yang diperlukan adalah panci, pengaaduk, cetakan, gelas baskom, senter dan alat lain yang diperlukan. 
  9. Penurunan tekanan uap. Bahan yang diperlukan adalah air dan garam. Alat yang diperlukan adalah gelas, penutu gelas/ plastik, dan karet. 
  10. Penurunan titik beku. Bahan yang diperlukan adalah bahan untuk membuat es putar, es batu, garam dapur. Alat yang diperlukan plastik, kaleng, gelas dan baskom. 
  11. Kenaikan titik didih. Bahan yang diperlukan adalah air, garam atau gula. Alat yang diperlukan adalah kompor, panci dan stopwatch. 
  12. Tekanan osmotik. Bahan yang diperlukan adalah timun atau wortel, garam dan air. Alat yang diperlukan adalah gelas. 
  13. Uji amilum. Bahan yang diperlukan adalah berbagai bahan makanan yang ingin diuji seperti nasi, singkokng rebus, ubi rebus, jagung rebu, atau bahan makanan yang lain sesuai keinginan, larutan iodin. Alat yang diperlukan adalah piring atau mangkok dan sendok. 
Melalui kegiatan praktikum berbasis lingkungan tempat tinggal siswa diharapakan tercapai tujuan-tujuan berikut:
  1. Siswa dapat membuktikan secara langsung teori yang sudah dipelajari.
  2. Siswa mengetahui bahwa banyak peristiwa atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan teori kimia. 
  3. Menumbuhkan berpikir kritis saat siswa merangkai praktikum, mengolah hasil, menghubungkan dengan teori yang telah dipelajari dan membuat kesimpulan dari praktikum yang dilakukan. 
  4. Menumbuhkan kemandirian dalam bentuk mencari prosedur praktikum sendiri, menyiapkan alat dan bahan, melaksanakan praktikum sendiri (kondisi PJJ), dan melaporkan sendiri. 
  5. Menumbuhkan kreativitas siswa dalam bentuk mengartikan dan mengadopsi serta memodifikasi (jika perlu) prosedur praktikum, kemudian dalam melaporkan praktikum (misal dalam bentuk video) akan terasah kreativitas mengedit video. 
  6. Meningkatkan kolaborasi antar siswa. Dalam kondisi PJJ kolaborasi siswa dapat terjadi secara daring, dimana siswa berbagi informasi dalam menyusun praktikum atau melaporkan praktikum. 
Berikut ini adalah beberapa dokumentasi siswa SMA Negeri 2 Tabanan yang saya ajar saat melakukan praktikum berbasis tempat tinggal di rumah pada tahun pelajaran 2020/ 2021. 
1. Video praktikum memperkirakan pH larutan dengan indikator kol ungu (topik kimia kelas XI semester 2)
2. Video praktikum uji larutan elektrolit dan nonelektrolit. Topik kimia kelas X smester 2. 
3. Video praktikum penurunan titik beku. Topik kimia kelas XII semester 1. 

Kegiatan ini akan terus berlanjut untuk tahun pelajaran berikutnya baik itu pada kondisi PJJ atau tatap muka. Jika dalam PJJ maka sepenuhnya alat, bahan dan praktikum dilakukan di rumah siswa masing-masing. Sedangkan jika tatap muka maka bahan yang diperoleh dari lingkungan tempat tinggal siswa akan dibawa ke laboratorium sekolah. 



---Our "Chemistry" Class---

Jumat, 11 Juni 2021

VISI GURU PENGGERAK

Our "Chemistry" Class, inilah gambaran yang saya buat untuk menunjukkan suasana kelas yang saya harapkan. Chemistry dapat diartikan sebagai kimia (mata pelajaran kimia) merupakan mata pelajaran yang saya ampu sejak tahun 2009. Selaian itu kata "chemistry" juga saya gunakan untuk menunjukaan bahwa adanya ketertarikan siswa saya terhadap proses pembelajaran yang diikutinya. Dengan adanya chemstry dari dalam diri siswa dan guru maka akan tercipta suasana belajara yang menyenangkan, membahagiakan dan bermakna.   

Visi yang saya miliki adalah:

---Menciptakan kelas bahagia dan pembelajaran bermakna untuk mewujudkan peserta didik yang beriman, mandiri dan berdaya saing global---

Visi ini mendukung Visi SMA Negeri 2 Tabanan "Terwujudnya peserta didik yang beriman, mandiri, berdaya saing global dan berlandaskan Tri Hita Karana"

Saya percaya bahwa hal yang kita lakukan dalam suasana bahagia akan lebih lama berbekas di ingatan, selain itu lebih banyak materi dan lebih banyak hal yang dapat diserap oleh pikiran kita. Pembelajaran bermakna artinya setiap siswa mendapatkan manfaat, mengetahui sesuatu, atau menguasai sesuatu setelah mengikuti pembelajaran. Kemudian dari sana akan terbentuk insan-insan yang beriman, mandiri dan berdaya saing global. 

Untuk mencapai visi tersebut tentunya harus ada strategi yang kita lakukan dan pastikan strategi itu menyentuh setiap siswa yang ada di kelas sampai nantinya ke seluruh sekolah. 

Saya akan mulai dari strategi yang ingin saya terapkan di kelas saya yaitu menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA. Tujuan kegiatan yang akan saya lakukan adalah untuk memberikan perhatian yang sama kepada seluruh siswa saya. Agar tidak ada lagi siswa dengan kemampuan rat-rata yang luput dari perhatian karena terlalu fokus pada siswa kemampuan tinggi atau kemampuan rendah. 

BAGJA adalah model manajemen perubahan sekolah yang menggunakan pengalaman postif sebagai kekuatannya. BAGJA adalah akronim dari lima tahapan kegiatan yang meliputi: 

  1. (B) Buat Pertanyaan: merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah. 
  2. (A) Ambil Pelajaran: mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah 
  3. (G) Gali Mimpi: menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan 
  4. (J) Jabarkan Rencana: merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan 
  5. (A) Atur Eksekusi:memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya.

Bentuk kegiatan yang saya lakukan adalah praktikum kimia berbasis lingkungan tempat tinggal siswa, Adapun tahapan kegiatan yang menerapkan BAGJA adalah:   





Demikianlah pemaparan saya tentang visi saya dan rancangan strategi yang akan saya dunakan untuk mencapai vidsi . 


PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Dalam UU No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa ...