Sabtu, 24 Juli 2021

MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF BERSAMA "KOMUNITAS BISMA BERBAGI"

 JANGAN SENDIRI! YUK BERGERAK BERSAMA!

1. Latar Belakang

    Budaya positif adalah kebiasaan-kebiasaan positif yang berlangsung di sekolah secara konsisten dan berkesinbambungan. Budaya positif sangat penting bagi sekolah karena dapat menciptakan budaya ajar yang baik. Saling menghormati antar warga sekolah, suasana kelas yang nyaman, siswa yang aktif, dan dipenuhi dengan aura positif.  Lebih jauh lagi tumbuhnya budaya positif akan dapat mengantarkan sekolah menuju Visi Sekolah. Segala hal positif baik itu kolaborasi antar guru, senyum sapa salam sopan santun antar warga sekolah, kecintaan terhadap lingkungan dan disiplin warga sekolah adalah bagian dari budaya positif di sekolah. Seyogyanya budaya positif  dapat ditumbuhkan dengan saling menularkan praktik baik antar warga sekolah. Dapat dimulai dari para guru yang bertukar informasi tentang mendesai pembelajarn yang menyenangkan, memberikan keteladan kepada siswa, dan bagaiman menumbuhkan budaya positif dari ruang lingkup paling kecil yaitu kelas. Dengan latar belakang tersebutlah saya menginisiasi suatu komunitas praktisi di lingkungan sekolah yang saya beri nama "Komunitas BISMA Berbagi". 

2. Deskripsi Aksi Nyata 

    Aksi nyata yang saya lakukan adalah membentuk komunitas praktisi dimana rekan-rekan yang saya ajak adalah rekan dalam satu rumpun (kimia), rekan guru seumuran dan rekan guru yang sering saya ajak diskusi dan berbagi cerita dalam mengajar. Tujuan pembentukan komunitas ini adalah untuk saling berbagi cerita dalam mendesain pembelajaran yang bermakna serta bersama-sam menumbuhkan budaya positif di sekolah. Saya mulai membentuk grup di aplikasi Whatsapp pada tanggal 5 Juli 2021 dan saya mulai mengajak rekan-rekan guru untuk bergabung ke dalam grup tersebut. Setelah mereka setuju akhirnya saya mendapat anggota sebanyak 13 orang.  Rekan guru yang tergabung adalah guru kimia (5 orang), guru fisika (1 orang), guru biologi (1 orang), guru bahasa inggris (3 orang) guru ekonomi (1 orang), guru sejarah (1 orang) dan guru bahasa bali (1 orang). Saya meminta ijin untuk membagikan materi yang saya dapat dari PPGP dan rekan lain pun dapat berbagi materi dari diklat-diklat yang diikuti.
    Hal pertama yang saya bagikan adalah filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Saya membagikan materi yang saya buat dengn aplikasi Canva. Lewat materi ini saya ingin para guru mengetahui luhurnya filosofi pendidikan yang mengakar daru budaya Indonesia. Selain itu saya juga ingin rekan guru merasakan perasaan haru, tertegun dan tersadar tentang peran utama yang harus dimainkan oleh guru yaitu sebagai seorang penuntu, pamong, petani kehidupan dan sosok yang harus menghamba pada anak. Setelah saya membagikan filosofi KHD saya meminta rekan guru membuat komentar yang dirasakan tentang filosofi KHD melalui aplikasi padlet. Banyak kekaguman yang muncul dari rekan guru terhdapa filosofi KHD. 
    Selanjutnya materi kedua yang saya bagikan adalah pembuatan kesepakatan kelas untuk memaksimalkan tumbuhnya budaya positif di lingkungan sekolah. Saya membagikan artikel yang pernah saya buat terkait kesepakatan kelas. Saya juga membagikan artikel dai CGP yang lain. Setelah itu saya membagikan kesepakatan kelas yang saya buat bersama murid saya. Akhirnya rekan guru yang lain pun ikut membuat kesepakatan kelas dan siap menerapkannya mulai tahun pelajaran ini.
  Dalam Komunitas BISMA Berbagi setiap anggota diharapkan berbagi ilmu yang juga merupakan perwujudan budaya positif.  Ada salah satu rekan yang sedang mengikuti workshop tentang Quizizz dan setelah mendapat materi, ia pun membagikannya di grup komunitas. Kami pun diajak untuk mencoba menjawab soal yang dibuatnya dengan Quizizz. Akhirnya rekan yang lain pun tertarik dan serius mempeljari tutorial yang sudah dibagikan.
    Berlanjut di minggu terakhir Juli saya berbagi tentang pembelajaran berdiferensiasi. Harapannya makin banyak rekan guru yang berupaya merancang dan melaksanakan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa. Setelah membaca materi yang pembelajaran berdiferensiasi rekan guru merasa tertantang untuk menciptakan kelas yang dinamis dan memenuhi kebutuhan setiap siswa.
    Bukan hanya materi yang dapat dibagikan dalam komunitas kami. Informasi terkait pengembangan diri pun kami bagikan. Misalkan kami saling berbagi informasi terkait diklat-diklat yang bisa diikuti secara daring. Dari sana kami bisa memilah dan memilih diklat apa yang kami perlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di dalam kelas.  

3. Hasil Aksi Nyata 

    Dari serangkaian kegiatan berbagi yang kami lakukan kami memperolah beberapa hasil diantaranya:
  • kesadaran kami terhadap peran utama guru berdasarkan filosofi pendidikan KHD
  • kami membuat kesepakatan kelas dengan kelas yang kami ajar
  • penggunaan padlet untuk refleksi pembelajaran 
  • penggunaan canva dalam pembuatan presentasi mengajar dan membuat kesepakatan kelas. 
  • rekan guru mengikuti diklat yang informasinya dibagikan di grup komunitas. 
  • penggunaan quizziz dalam proses belajar dan penilain. 
  • makin banyak rekan guru yang mengetahui tentang pembeajaran berdiferensiasi sehingga makin banyak rekan yang diajak untuk memenuhi kebutuhan siswa dalam pembelajaran. 

4. Rencana Perbaikan

    Dalam komunitas yang kami bertekad dapat belajar kapan saja dan di mana saja disesuaikan dengan kondisi yang kami miliki. Kami sepakat akan mempelajari hal-hal yang dibagikan oleh siapapun saat kami dalam kondisi tenang sehingga kami menikmati apa yang kami pelajari. Perbaikan untuk kedepannya adalah meningkatkan konsistensi dalam berbagi. Misalkan setiap minggu agar ada yang berbagi.  

5. Dokumentasi Kegiatan 








Senin, 19 Juli 2021

"PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI" ENZIM BAGI PERTUMBUHAN SISWA

Dalam biokimia dijelaskan bahwa enzim adalah biokatalisator yang dapat mempercepat terjadinya reaksi. Enzim bersifat selektif yang artinya hanya dapat mempercepat reaksi tertentu dan hanya dapat bekerja untuk substrat tertentu. 

Dalam pembelajaran, diferensiasi dapat dikatakan sebagai enzim dalam pertumbuhan siswa karena dapat mempercepat tumbuhnya potensi yang dimiliki siswa. Selain itu pembelajaran berdiferensiasi bekerja selektif dimana jika setiap siswa mendapatkan enzim (diferensiasi) yang sesuai maka reaksi menuju tumbuhnya potensi melintasi meknisme reaksi yang tepat sehingga lebih cepat terbentuknya produk (tumbuhnya potensi siswa).  

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan: 

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang berpihak pada anak, pembelaran untuk semua siswa di kelas kita. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, pertama-tama guru memetakan kebutuhan seluruh siswa baik itu dari segi kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. 
  1. Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru.  Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Tujuannya adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya 
  2. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Ada murid yang minat nya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Pentingnya mempertimbangkan minat dalam pembelajaran adalah untuk membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka, menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran, dan menggunakan keterampilan atau ide yang familiar  sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka. 
  3. Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Berikut ini faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. 

    • Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
    • Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
    • Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
    • Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
    • Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Selanjutnya guru menentukan strategi diferensiasi yang perlu dilakukan dalam pembelaran, apakah itu diferensiasi konten, diferensiasi proses atau diferensiasi produk, semua itu tergantung apa kebutuhan siswa dan kebutuhan mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu.
  1. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum.
  2. Diferensiasi prose merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani oleh murid yang dapat memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami isi (content) materi.
  3. Diferensiai produk merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari.
Layaknya struktur enzim yang fleksibel, maka guru pun harus fleksibel dalam penerapan diferensiasi di dalam kelas karena diferensiasi adalah suatu keputusan "masuk akal" bukan impian menggebu-gebu dan super sempurna. Pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi sempurna seiring konsistensi seorang guru dalam penerapannya. Saat dilakukan terus-menerus, niscaya guru akan sampai pada tahap autopilot. Makin baik lagi ketika guru mengajak rekannya untuk ikut menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sampai akhirnya tercipta gelombang pergerakan menuju tumbunya potensi siswa yang maksimal dan tercapainya visi sekolah. 

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

Dalam UU No 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa ...